S2 alias gelar magister itu sexy untuk sebagian orang. Ada yang mengorbankan jam istirahat setelah pulang kantor untuk ambil kelas karyawan, ada yang langsung lanjut setelah selesai S1 kalau uangnya cukup. Tapi gak sedikit juga orang yang berpikir gelar S2 itu gak terlalu penting. Kenapa ya?🤔
1. Faktor Finansial Kurang Mendukung
Alasan paling besar untuk gak melanjutkan kuliah adalah keterbatasan biaya. Jangankan S2, mau ambil S1 aja sekarang butuh biaya puluhan sampai ratusan juta. Ada beberapa kampus yang menawarkan S2 beasiswa untuk lulusan S1nya, tapi dengan syarat yang ribet.
Sejak 2011 ada program LPDP dari kementerian keuangan yang ngasih kesempatan untuk ambil S2 di dalam dan luar negeri, tapi dengan persyaratan ikatan dinas yang harus dipenuhi nanti setelah lulus S2. Karena “hutang budi” ini, beberapa oknum lulusan LPDP jadi melakukan kecurangan supaya gak perlu kembali ke Indonesia
2. Gak Menjamin Dapat Pekerjaan Yang Layak
Semakin tinggi tamatannya, semakin tinggi gengsinya untuk kerja di perusahaan biasa. Lulusan SMA/SMK sederajat pasti maklum kalau mereka harus memulai karir jadi pegawai minimarket, admin kantor atau pegawai level rendah. Tapi lulusan S2 pasti punya ekspektasi tinggi untuk awal karir mereka.
Setelah menghabiskan puluhan sampai ratusan juta untuk mengambil gelar magister, kamu pasti berharap dapat posisi minimal supervisor, sayangnya banyak faktor yang membuat kamu gak masuk shortlist.
Sayangnya, banyak perusahaan yang lebih memilih mengambil lulusan sarjana kampus beken dibandingkan dengan lulusan magister kampus “biasa”. Gak sedikit juga yang lebih memilih lulusan sarjana dari kampus average luar negeri dibandingkan dengan lulusan sarjana kampus terbaik Indonesia.
Perusahaan juga pasti punya pertimbangan kalau mengambil kandidat dari S2 pasti budget yang harus mereka keluarkan lebih besar daripada S1. Dengan pengalaman kerja yang sama-sama minim, membayar 2 atau 3 orang karyawan S1 lebih menguntungkan daripada membayar 1 orang karyawan S2 kan?
3. Pengalaman Kerja Lebih Penting Daripada Gelar Untuk Perusahaan
Setelah menghabiskan puluhan sampai ratusan juta untuk mengambil gelar magister, kamu pasti berharap dapat posisi minimal supervisor, sayangnya banyak faktor yang membuat kamu gak masuk shortlist.
Banyak juga karyawan yang memutuskan untuk mengambil kelas karyawan S2 dengan cita-cita mendapatkan promosi dan kenaikan jabatan di kantornya. Alasan ini cukup masuk akal untuk karyawan BUMN dan PNS/ASN. Tapi sebaliknya untuk pegawai swasta, pengalaman kerja adalah pertimbangan paling besar untuk promosi. Seorang teman bahkan gak lulus S1 (hanya D3) dan sekarang dia bisa jadi principal di satu perusahaan besar di Singapura.
Gelar yang didapat melalui sertifikasi (Certified ABC Professional) lebih punya nilai tawar daripada gelar sarjana. Itulah kenapa situs “persiapan kerja” seperti Binar, lebih mengutamakan kesiapan praktikal daripada pengetahuan teori.

4. Praktikal vs Teoretikal
Bill Gates pernah bilang, dia lebih memilih karyawan yang “malas” untuk ditempatkan di pekerjaan sulit karena mereka akan berusaha mencari cara yang paling ringkas untuk menyelesaikan masalahnya.
“Malas” ini bukan berarti under performing dan under motivated. Tapi karyawan yang tidak suka berurusan dengan birokrasi dan pendekatan theoretical untuk mencari solusi. Karyawan yang sudah lama bekerja biasanya punya banyak shortcut untuk bikin dia gak stress dan wasting time. Sementara lulusan S2 diajari untuk berpikir kritis dan detail untuk mencari solusi dari sebuah masalah. Ini gak salah, tapi untuk perusahaan yang fast pacing, mereka lebih memilih orang-orang praktikal dengan pengalaman segudang daripada orang-orang teoretis dengan pengalaman minim.
Kecuali sama-sama punya pengalaman, dan lulusan S2nya berani dibayar sama dengan gaji S1, mungkin bisa bersaing. Kalau sudah begitu, ngapain harus S2? 😅
5. Generalist vs Specialist
Kayak namanya, lulusan S2 itu magister atau master. Master itu adalah spesialis di satu bidang, misalnya untuk lulusan S1 Sistem Informasi S2nya di Machine Learning atau Big Data Analytic. Tapi untuk jadi seorang spesialis, menghabiskan waktu 2 tahun untuk mengulang-ulang satu topik kadang kurang feasible.
Untuk lulusan S1 Teknik Komputer misalnya, daripada mengambil S2 biasanya lebih suka mengambil sertifikasi CCNP atau CCIE. Sertifikasi yang fokus untuk perangkat jaringan Cisco. Atau untuk karyawan yang kerjanya ngurusin “awan”, sertifikasi Amazon Web Services atau Google Cloud Practicioner lebih murah, lebih singkat dan lebih sexy kalau sedang berdiskusi dengan teman seprofesi.
Untuk bidang pekerjaan lain misalnya, lulusan S1 Akuntansi lebih memilih untuk mengambil sertifikasi Certified Financial Planner atau yang lebih keren Chartered Financial Analyst daripada belajar 2 sampai 3 tahun untuk mengambil gelar Master of Accounting atau MBA sekalipun. Malah, dengan gelar CFP dia sudah bisa bikin YouTube untuk ngajarin orang awam tentang perencanaan finansial.
–
S1 atau S2, masing-masing punya peminat dan visi yang baik sebenarnya. Tinggal memilih dan membandingkan pros dan cons sesuai kebutuhan masing-masing. Buat kamu yang mau ambil S2, gak usah takut, nanti keuntungannya dibahas di artikel lain ya. 👩🎓🧑🎓
Leave a Reply